Index   Back Top Print

[ AR  - BN  - DE  - EN  - ES  - FR  - IN  - IT  - PL  - PT  - SQ  - SV  - TH  - ZH_CN  - ZH_TW ]

PESAN BAPA SUCI PAUS FRANSISKUS UNTUK
HARI ORANG MUDA SEDUNIA ke-37 (2022-2023) 

 “Maria Bangkit dan Bergegas”
(bdk. Luk 1:39)  

Orang Muda yang terkasih!

Tema Hari Orang Muda Sedunia Panama (2019) adalah, “Aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu” (Luk 1:38). Setelah perjumpaan tersebut, kita melanjutkan perjalanan kita menuju destinasi yang baru – Lisbon 2023 – dengan hati yang dikobarkan oleh panggilan Tuhan untuk bangkit. Pada tahun 2020, kita merenungkan kata-kata Yesus: “Anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” (Luk 7:14). Juga di tahun lalu (2021), kita terinspirasi oleh sosok Rasul Paulus, yang kepadanya, Tuhan Yesus yang Bangkit berkata: “Berdirilah! Aku menetapkan engkau menjadi saksi tentang sesuatu yang engkau lihat” (bdk. Kis 26:16). Sepanjang rute yang masih harus kita tempuh sebelum tiba di Lisbon, kita berjalan bersama Bunda Perawan dari Nazaret yang segera setelah mendengar Kabar Sukacita, “bangkit dan bergegas” (Luk 1:39) untuk pergi dan membantu Elisabet sepupunya. Ketiga tema Hari Orang Muda Sedunia ini mengandung kata yang serupa dalam Bahasa Inggris, yaitu kata: “arise!”. (Dalam teks Kitab Suci berbahasa Indonesia, diterjemahkan: bangun, bangkit, dan berdirilah. -cat. penerjemah). Mari kita ingat bahwa kata ini juga disampaikan pada kita supaya kita bangkit dan kembali bangun dalam kehidupan kita.

Di masa-masa sulit ini, ketika manusia telah diuji oleh trauma pandemi dan, disiksa oleh tragedi perang, Maria menunjukkan kepada kita semua, dan terutama kepada kalian, orang muda sama seperti dirinya, sebuah jalan kedekatan dan perjumpaan. Saya berharap dan saya sangat yakin bahwa pengalaman yang akan kalian alami di Lisbon pada Agustus mendatang akan menghadirkan awal yang baru bagi kalian, orang muda, dan – bersama kalian – untuk keseluruhan umat manusia.

Maria bangkit

Setelah mendengar Kabar Sukacita, Maria bisa saja berfokus pada dirinya sendiri, pada kekhawatiran serta ketakutannya sendiri terutama karena situasi yang ia alami. Namun sebaliknya, ia justru mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Pikirannya beralih ke Elisabeth. Dia bangkit dan pergi menuju cahaya matahari, di mana terdapat kehidupan dan dinamika dunia. Meskipun pesan menakjubkan dari malaikat telah menyebabkan perubahan yang besar dalam rencana hidupnya, Maria muda tidak membiarkan dirinya lumpuh, karena di dalam dirinya ada Yesus, sumber kebangkitan dan hidup baru. Di dalam dirinya, Maria sedang mengandung Anak Domba yang telah disembelih namun tetap hidup. Dia bangkit dan bergerak karena dia yakin rencana Tuhan adalah rencana yang terbaik bagi hidupnya. Maria menjadi bait Allah, sebuah gambaran dari Gereja peziarah, Gereja yang pergi untuk melayani, Gereja yang membawa kabar baik kepada semua orang!

Mengalami kehadiran Kristus yang bangkit dalam hidup kita sendiri, bertemu dengan-Nya “secara nyata”, adalah sukacita rohani terbesar, sebuah ledakan cahaya yang tidak dapat membuat siapa pun tinggal diam saja. Maria segera berangkat dan  bersegera untuk membawa kabar itu kepada orang lain, untuk menjadi saksi sukacita perjumpaan tersebut. Inilah juga yang menyebabkan ketergesaan para murid pertama Yesus setelah kebangkitan: “[para wanita] segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.” (Mat 28:8).

Kisah-kisah kebangkitan sering menggunakan dua kata: “bangun” dan “bangkit”. Dengan kedua kata itu, Tuhan mendorong kita untuk bergerak menuju cahaya, untuk membiarkan Dia menuntun kita melewati semua ambang pintu-pintu kita yang tertutup. “Gambaran ini memiliki makna yang besar bagi Gereja. Sebagai murid-murid Tuhan dan komunitas Kristiani, kita juga dipanggil untuk segera bangkit, untuk masuk ke dalam misteri kebangkitan, dan membiarkan Tuhan membimbing kita di sepanjang jalan yang Ia ingin tunjukkan kepada kita” (Homili pada Hari Raya Santo Petrus dan Paulus, 29 Juni 2022).

Bunda Tuhan adalah teladan bagi orang muda yang sedang berdinamika bergerak, yang menolak diam berdiri di depan cermin untuk merenungi citra mereka sendiri atau terjebak dalam “perangkap”. Fokus Maria selalu diarahkan ke luar dirinya. Dia adalah wanita Paskah yang mau keluar dari dirinya sendiri menuju ke arah Yang Besar yaitu Tuhan dan orang-orang lain, saudara-saudarinya, terutama mereka yang paling membutuhkan, seperti sepupunya, Elisabeth.

… dan pergi dengan tergesa-gesa 

Santo Ambrosius dari Milan, dalam tafsirannya tentang Injil Lukas, menulis bahwa Maria pergi dengan tergesa-gesa menuju pegunungan, “karena ia bersukacita dalam janji dan berusaha melayani orang lain dengan antusiasme yang lahir dari sukacitanya. Dalam kepenuhannya dengan Tuhan, ke mana lagi ia bisa pergi kalau bukan ke arah yang lebih tinggi? Kasih karunia Roh Kudus tidak melibatkan keterlambatan. Dengan demikian, ketergesaan Maria merupakan sebuah tanda keinginannya untuk melayani, mengungkapkan sukacitanya, untuk menanggapi kasih karunia Roh Kudus tanpa ragu-ragu.

Maria termotivasi oleh kebutuhan sepupunya yang sudah lanjut usia. Dia tidak menahan dirinya  atau bersikap acuh tak acuh. Dia lebih memikirkan orang lain daripada dirinya sendiri. Dan ini memberikan dinamisme dan antusiasme bagi hidupnya. Masing-masing dari kalian dapat bertanya: “Bagaimana saya bereaksi terhadap segala kebutuhan yang saya lihat di sekitar saya? Apakah saya segera memikirkan sebuah alasan untuk tidak terlibat atau apakah saya menunjukkan minat dan kesediaan untuk membantu?” Tentunya, kalian tidak dapat menyelesaikan segala masalah yang ada di dunia. Namun, mungkin kalian bisa memulai untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi orang-orang terdekat kalian, berbagai permasalahan di komunitas anda sendiri. Beberapa orang pernah berkata kepada Bunda Teresa: “Apa yang anda lakukan hanyalah setetes air di lautan”. Dan dia menjawab: “Tetapi jika saya tidak melakukannya, lautan itu akan kekurangan satu tetes air”.

Ketika dihadapkan pada kebutuhan yang konkret dan mendesak, kita perlu bertindak dengan cepat. Betapa banyak orang di dunia yang menantikan kunjungan dari seseorang yang peduli terhadap mereka! Betapa banyak orang lanjut usia, orang sakit, orang yang dipenjara dan para pengungsi yang membutuhkan tatapan penuh belas kasih, kunjungan dari dari kita, dari saudara atau saudari yang menembus tembok ketidakpedulian!

“Ketergesaan” apa yang menggerakkan kalian, orang-orang muda terkasih? Apa yang mendesak kalian untuk bergerak supaya kalian tidak diam saja? Banyak orang – terdampak berbagai kenyataan seperti pandemi, perang, migrasi paksa, kemiskinan, kekerasan dan bencana iklim – bertanya pada diri mereka sendiri: Mengapa hal ini terjadi pada saya? Mengapa hanya pada saya? Mengapa sekarang? Namun pertanyaan penting dalam hidup ini adalah: untuk siapa aku hidup? (bdk. Christus Vivit, 286).

Ketergesaan para wanita muda dari Nazaret adalah ketergesaan mereka yang telah menerima karunia luar biasa dari Tuhan dan merasa perlu untuk membagikannya, untuk mengalirkan kepada orang lain anugerah luar biasa besar yang telah mereka alami. Ini adalah ketergesaan mereka yang mampu menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan mereka sendiri. Maria adalah contoh orang muda yang tidak membuang waktu untuk mencari perhatian atau persetujuan orang lain – seperti yang sering terjadi ketika kita bergantung pada “tombol sukai (like)” di media sosial kita. Dia berangkat untuk menemukan “hubungan” yang paling tulus: hubungan  yang berasal dari perjumpaan, berbagi, cinta dan pelayanan.

Dimulai dengan Kabar Sukacita, ketika ia pertama kali pergi untuk mengunjungi sepupunya, Maria tidak pernah berhenti menjembatani ruang dan waktu untuk mengunjungi putra dan putrinya yang membutuhkan kasih pertolongannya. Perjalanan kita sendiri, jika “didiami” oleh Tuhan, akan membawa kita langsung ke hati setiap saudara-saudari kita. Betapa banyak kesaksian yang telah kita dengar dari orang-orang yang “dikunjungi” oleh Maria, Bunda Yesus dan Bunda kita! Di banyak tempat yang terpencil di bumi, di setiap zaman – melalui penampakan atau rahmat khusus – Maria telah mengunjungi umatnya! Praktis tidak ada tempat di bumi ini yang belum pernah dikunjungi Maria. Bunda Allah berjalan di tengah umatnya, dengan perhatian yang lembut dan penuh kasih; dia mengambil alih kecemasan dan perubahan dalam hidup mereka. Dan di mana pun ada tempat suci, gereja, atau kapel yang didedikasikan untuk Bunda Maria, di sanalah anak-anaknya pergi berduyun-duyun dalam jumlah besar. Renungkanlah semua ekspresi kesalehan populer itu! Ziarah, perayaan, permohonan, penyambutan gambar-gambar rohani di rumah-rumah dan banyak tindakan devosi lainnya adalah contoh nyata dari hubungan yang hidup antara Bunda Tuhan dan umatnya, yang saling mengunjungi satu sama lain!

Ketergesaan baik yang selalu mendorong kita ke arah yang terbaik dan kepada orang lain

Suatu ketergesaan yang baik selalu mendorong kita ke arah yang terbaik dan kepada orang lain. Namun, ada juga ketergesaan yang tidak baik, seperti contohnya yang membawa kita untuk  hidup dangkal dan anggap semuanya remeh, tanpa komitmen atau perhatian, tanpa berpartisipasi secara penuh pada apa yang kita lakukan. Hal tersebut adalah ketergesaan yang kita alami dalam hidup, saat belajar, bekerja, dan bersosialisasi dengan orang lain tanpa menggunakan hati dan pikiran kita dengan sungguh. Ini dapat terjadi dalam hubungan antarpribadi: dalam keluarga, ketika kita tidak pernah mendengarkan orang lain dengan sungguh dan tidak menyediakan waktu kita untuk mereka. Selain itu, dalam persahabatan, ketika kita berharap sahabat kita menghibur dan membantu kebutuhan kita, namun kita segera menghindar dan memalingkan muka saat kita melihat mereka dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan kita. Bahkan dalam percintaan, di antara para pasangan, hanya sedikit yang memiliki kesabaran untuk sungguh mengenal dan memahami satu sama lain. Sikap yang sama dapat kita alami di sekolah, di tempat kerja dan di tempat-tempat dalam kehidupan kita sehari-hari. Memang benar, hal-hal ini tidak akan berbuah baik bila dilakukan dalam ketergesaan. Ada risiko upaya kita tidak menghasilkan apa-apa dan tidak hidup. Seperti yang kita baca dalam kitab Amsal: “Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan” (21:5). 

Ketika Maria akhirnya sampai di rumah Zakaria dan Elisabeth, perjumpaan yang menakjubkan terjadi! Elisabeth sendiri telah mengalami campur tangan luar biasa dari Tuhan, yang memberinya seorang anak laki-laki di usia tuanya. Dia akan memiliki  banyak alasan untuk berbicara tentang dirinya sendiri, namun dia tidak “penuh dengan dirinya sendiri”, tetapi sangat menantikan untuk menyambut sepupu mudanya dan buah dari rahimnya. Begitu dia mendengar salam Maria, Elisabeth pun dipenuhi dengan Roh Kudus. Kejutan dan pencurahan Roh seperti itu terjadi ketika kita hidup dalam sebuah keramahan sejati, ketika kita menempatkan orang lain sebagai pusat, bukan diri kita sendiri.. Kita juga melihatnya dalam kisah Zakheus. Dalam Injil Lukas, kita membaca bahwa “ketika Yesus datang ke tempat (di mana Zakheus berada), Dia melihat ke atas dan berkata padanya, ‘Zakheus, segeralah turun; sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu’. Jadi dia bergegas turun dan dengan sukacita menyambut-Nya” (19:5-6).

Banyak dari kita memiliki pengalaman tak terduga bertemu Yesus dan untuk pertama kalinya memiliki rasa kedekatan, rasa hormat, tidak adanya prasangka dan ketidaksetujuan, tatapan penuh belas kasih yang tidak pernah kita temui pada orang-orang lain. Tidak hanya itu, kita juga mengetahui bahwa, bagi Yesus, tidaklah cukup memandang kita dari jauh; Ia ingin berada bersama kita dan membagikan hidup-Nya dengan kita. Sukacita dari pengalaman ini membuat kita bergegas untuk menyambut-Nya, sebuah desakan untuk berada bersama-Nya dan mengenal-Nya lebih baik. Elisabeth dan Zakaria telah menjadi tuan rumah untuk Maria dan Yesus. Marilah kita belajar dari dua lansia ini tentang arti dari keramahan! Bertanyalah pada orang tua dan kakek nenek kalian, dan bertanyalah juga pada para lansia dari komunitas kalian, apa artinya bagi mereka untuk menjadi tuan rumah bagi Tuhan dan orang lain. Kalian akan mendapat manfaat dari mendengarkan pengalaman mereka sebelumnya.

Orang-orang muda terkasih, sekarang waktunya untuk bergegas berangkat menuju perjumpaan yang nyata, menuju penerimaan yang riil dari mereka yang berbeda dengan kita. Sebagaimana yang terjadi antara Maria yang masih muda dan Elisabeth yang sudah tua. Hanya dengan demikian kita akan menjembatani jarak – antargenerasi, antarkelas sosial, etnis dan kelompok-kelompok lain – dan bahkan mengakhiri perang. Orang-orang muda selalu menjadi harapan untuk sebuah persatuan baru dalam kemanusiaan keluarga yang terbagi-bagi dan terpecah belah. Tetapi hal ini dapat terjadi hanya jika mereka memiliki ingatan, hanya jika mereka dapat mendengar berbagai pengalaman dan mimpi orang tua. “Bukan suatu kebetulan bahwa perang telah kembali ke Eropa pada saat generasi yang mengalaminya pada abad terakhir menghilang” (Pesan Paus untuk Hari Orangtua dan Lansia Sedunia 2022). Kita membutuhkan ikatan antara yang tua dan yang muda, agar kita tidak melupakan pelajaran sejarah; untuk mengatasi semua bentuk polarisasi dan ekstremisme yang ada di dunia saat ini.

Dalam tulisannya untuk umat di Efesus, Santo Paulus mengumumkan bahwa, “sekarang di dalam Kristus Yesus, kamu yang dahulu jauh, sudah menjadi dekat oleh Darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merobohkan tembok pemisah, yaitu perseteruan” (2:13-14). Yesus adalah jawaban Allah terhadap tantangan yang dihadapi umat manusia di setiap zaman. Maria membawa jawaban Allah  ini di dalam dirinya ketika ia pergi mengunjungi Elisabeth. Hadiah terbesar yang Maria berikan kepada saudaranya yang sudah lanjut usia itu adalah Yesus sendiri. Tentu saja, bantuan nyata yang dia tawarkan juga sangat berharga. Namun tidak ada yang dapat memenuhi rumah Zakharia dengan sukacita yang besar dan makna yang penuh seperti kehadiran Yesus di dalam rahim Perawan, yang menjadi tabernakel Allah yang hidup. Di daerah pegunungan itu, Yesus, hanya dengan kehadiran-Nya dan tanpa mengucap sepatah kata pun, dia menyampaikan “Khotbah di Bukit” untuk pertama kalinya. Dalam keheningan, Ia menyatakan kebahagiaan orang miskin dan rendah hati yang mempercayakan diri mereka pada belas kasihan Tuhan. 

Pesan saya untuk kalian, orang muda terkasih, adalah bahwa pesan agung yang dibawakan oleh Gereja adalah Yesus! Ya, Yesus sendiri, dengan cinta-Nya yang tak terbatas untuk kita masing-masing, penyelamatan-Nya dan hidup baru yang Ia berikan kepada kita. Maria adalah teladan kita; dia menunjukkan pada kita bagaimana cara menyambut hadiah besar ini dalam hidup kita, dan membagikannya kepada orang lain, dan dengan demikian membawa Kristus, membawa cinta-Nya yang penuh kasih dari pelayanan-Nya yang murah hati pada umat manusia yang menderita.

Semua bersama-sama ke Lisbon!

Maria adalah seorang gadis muda, seperti banyak dari kalian. Dia adalah salah satu dari kita. Seorang Uskup dari Italia, Don Tonino Bello, menuliskan tentang Maria seperti berikut: “Santa Maria…, kami tahu betul bahwa engkau ditakdirkan untuk berlayar di laut lepas. Namun, jika kami memintamu untuk berlayar menuju pantai, itu bukan karena kami ingin mengurangi pelayaranmu ke tingkat navigasi kami yang dekat pesisir, melainkan dengan melihat engkau yang berada dekat dengan pantai keputusasaan kami, kami disadarkan bahwa kami juga dipanggil untuk menjelajah, seperti yang engkau lakukan, ke dalam lautan kebebasan” (Maria, donna dei nostri giorni (wanita zaman kita), Cinisello Balsamo, 2023, 12-13).

Dimulai dari Portugal, seperti yang saya sebutkan dalam pesan pertama dari tiga pesan Bapa Suci pada Hari Orang Muda Sedunia ini, pada abad ke-limabelas dan ke-enambelas, banyak sekali orang muda – termasuk banyak misionaris – berangkat ke dunia yang tak dikenal, untuk berbagi pengalaman mereka tentang Yesus dengan orang-orang dari bangsa dan negara lain (Pesan Bapa Suci untuk Hari Orang Muda Sedunia 2020). Di negeri inilah, pada awal abad ke-20, Maria memilih untuk melakukan sebuah kunjungan khusus. Dari Fatima, dia menyampaikan kepada orang-orang dari segala usia sebuah pesan kasih Allah yang begitu kuat dan luar biasa, yang memanggil kita ke dalam pertobatan dan kebebasan sejati. Sekali lagi, saya mengundang masing-masing dari kalian untuk berpartisipasi dalam peziarahan agung orang muda lintas benua yang akan mencapai puncaknya pada perayaan Hari Orang Muda Sedunia di Lisbon pada Agustus tahun depan. Saya juga ingin mengingatkanmu bahwa tanggal 20 November nanti, pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, kita akan merayakan Hari Orang Muda Sedunia di gereja-gereja partikular di seluruh dunia. Dalam hal ini, dokumen terbaru dari Dikasteri untuk Awam, Keluarga, dan Kehidupan – Pedoman Pastoral untuk Perayaan Hari Orang Muda Sedunia di Gereja-Gereja Partikular – dapat sangat membantu semua orang yang terlibat dalam pelayanan pastoral kaum muda. 

Orang-orang muda yang terkasih, saya bermimpi bahwa pada Hari Orang Muda Sedunia, kalian dapat mengalami lagi sukacita perjumpaan dengan Allah dan dengan saudari-saudara kita. Setelah periode cukup panjang untuk menjaga jarak dan melakukan isolasi, dengan pertolongan Allah, kita akan bertemu kembali dengan sukacita pelukan persaudaraan antar-banyak orang dan antargenerasi, sebuah pelukan rekonsiliasi dan perdamaian, pelukan persaudaraan dari sebuah perutusan persaudaraan yang baru! Semoga Roh Kudus mengobarkan dalam hati kalian keinginan untuk bangkit dan sukacita untuk berjalan bersama bersama, secara sinodal, meninggalkan semua batas-batas palsu. Sekarang adalah waktunya untuk bangkit! Marilah kita bangkit dan bergegas! Seperti Maria, mari kita membawa Yesus di dalam hati kita, dan membawa-Nya untuk dikabarkan kepada semua orang yang kita jumpai! Di periode dalam hidup kalian yang indah ini, berjalanlah maju terus dan janganlah tunda semua kebaikan yang dapat dicapai Roh Kudus di dalam diri anda! Dengan penuh kasih, saya memberkati impian-impianmu dan setiap langkah dari perjalananmu. 

Roma, dari Basilika Agung St. Yohanes Lateran, 15 Agustus 2022,
Pesta Santa Perawan  Diangkat ke Surga.

Fransiskus

 

 



Copyright © Dicastero per la Comunicazione - Libreria Editrice Vaticana